བདུན་ཕྲག་རེ་བཞིན་གྱི་བཅུད་དོན།
ཡོངས་ཁྱབ།
Pertemuan 1 (Kontrak kuliah dan urgensi mata kuliah Juvenile Delinquency)
Mata kuliah ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai fenomena kenakalan remaja yang menjadi salah satu masalah sosial utama dalam masyarakat. Pada pertemuan awal, mahasiswa akan diajak mengenal ruang lingkup, tujuan, serta capaian pembelajaran yang hendak dicapai melalui perkuliahan. Pemahaman tentang urgensi mata kuliah sangat penting agar mahasiswa dapat menempatkan diri sebagai pembelajar aktif yang kritis.
Selain itu, pembahasan kontrak kuliah juga akan menekankan aturan, kewajiban, dan hak mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk membangun kedisiplinan, tanggung jawab, serta komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa. Dengan memahami kontrak perkuliahan, mahasiswa diharapkan siap menjalani proses belajar yang lebih terarah dan bermakna.
Pertemuan 2 (Konsep dasar, teori, dan pendekatan tentang kenakalan remaja)
Kenakalan remaja tidak dapat dipahami hanya dari sudut pandang praktis, tetapi juga melalui dasar teori yang melatarbelakanginya. Pada pertemuan ini, mahasiswa diperkenalkan dengan definisi konseptual, landasan teoritis, dan pendekatan ilmiah yang menjelaskan fenomena juvenile delinquency. Pemahaman teori akan membantu mahasiswa melihat permasalahan secara lebih objektif dan terstruktur.
Melalui kajian ini, mahasiswa akan membedakan berbagai teori yang berkembang, baik dari perspektif psikologi, sosiologi, maupun pendidikan. Kajian tersebut menjadi fondasi untuk menganalisis kasus nyata yang akan dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Dengan demikian, mahasiswa dapat menghubungkan konsep abstrak dengan realitas sosial remaja di lingkungan sekitar.
- Teori kenakalan remaja mana yang paling relevan untuk kondisi Indonesia saat ini? Jelaskan alasannya.
Bagaimana perbedaan perspektif psikologi dan sosiologi dalam menjelaskan kenakalan remaja?
Apakah teori klasik tentang kenakalan remaja masih relevan dengan era digital? Mengapa?
Bagaimana mengintegrasikan berbagai teori untuk menganalisis satu kasus kenakalan remaja nyata?
Pertemuan 3 (Faktor penyebab kenakalan remaja (internal & eksternal))
Kenakalan remaja muncul karena adanya kombinasi faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku individu. Faktor internal meliputi aspek psikologis, emosi, maupun kepribadian, sedangkan faktor eksternal mencakup keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Pada pertemuan ini, mahasiswa akan diajak menelaah lebih dalam berbagai penyebab yang melatarbelakangi perilaku menyimpang remaja.
Analisis penyebab sangat penting untuk merancang strategi pencegahan maupun penanganan yang tepat sasaran. Dengan memahami faktor pemicu, mahasiswa dapat mengaitkan teori yang telah dipelajari sebelumnya dengan realitas empiris di lapangan. Pemahaman ini juga akan mengasah kepekaan sosial mahasiswa dalam melihat masalah remaja dari berbagai dimensi.
- Menurut Anda, mana yang lebih dominan memengaruhi kenakalan remaja: faktor internal atau eksternal?
Bagaimana kondisi keluarga berkontribusi terhadap munculnya perilaku menyimpang remaja?
Apakah faktor ekonomi selalu menjadi penyebab utama kenakalan remaja? Analisislah dengan contoh.
Bagaimana teknologi digital berperan dalam memperkuat maupun mencegah kenakalan remaja?
Pertemuan 4 (Bentuk-bentuk kenakalan remaja)
Kenakalan remaja memiliki ragam bentuk, mulai dari pelanggaran ringan hingga tindak kriminal yang lebih serius. Pertemuan ini akan membahas klasifikasi perilaku menyimpang remaja seperti bolos sekolah, penyalahgunaan narkoba, kekerasan, hingga tindakan kriminalitas. Dengan pemahaman klasifikasi ini, mahasiswa dapat mengidentifikasi perbedaan tingkat keparahan perilaku kenakalan.
Kajian bentuk-bentuk kenakalan juga membantu mahasiswa untuk mengenali gejala awal yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting sebagai langkah preventif, terutama bagi calon pendidik dan pemerhati masalah sosial. Pemahaman mendalam akan membuka wawasan mahasiswa tentang pentingnya intervensi yang cepat dan tepat.
- Bagaimana perubahan sosial memengaruhi bentuk kenakalan remaja dari masa ke masa?
Apakah tawuran pelajar dan cyberbullying memiliki akar penyebab yang sama? Jelaskan.
Bagaimana cara membedakan antara perilaku kenakalan ringan dengan tindak kriminal remaja?
Bagaimana Anda memprediksi bentuk kenakalan remaja di masa depan dengan melihat tren saat ini?
Pertemuan 5 (Dampak sosial, psikologis, dan hukum pada pelaku maupun korban)
Kenakalan remaja tidak hanya berdampak pada pelakunya, tetapi juga pada lingkungan sosial dan korban yang terlibat. Dampak tersebut dapat berupa masalah psikologis seperti stres, depresi, maupun trauma, serta konsekuensi sosial berupa rusaknya hubungan keluarga dan masyarakat. Pertemuan ini membahas keterkaitan antara kenakalan remaja dengan kondisi psikososial individu maupun kelompok.
Selain itu, mahasiswa juga akan mendalami konsekuensi hukum yang melekat pada perilaku menyimpang remaja. Pemahaman aspek hukum penting agar mahasiswa mengetahui batasan perilaku yang dilindungi, serta konsekuensi pidana atau sanksi yang mungkin diterima. Kajian ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran hukum dan tanggung jawab sosial dalam diri mahasiswa.
- Bagaimana dampak kenakalan remaja terhadap masa depan pendidikan pelaku?
Apakah korban kenakalan remaja selalu mengalami trauma jangka panjang? Analisislah.
Bagaimana stigma sosial memengaruhi proses rehabilitasi remaja nakal?
Apakah sistem hukum di Indonesia sudah cukup adil dalam menangani pelaku remaja?
Pertemuan 6 (Pencegahan kenakalan remaja (peran keluarga, sekolah, masyarakat))
Pencegahan merupakan langkah strategis yang lebih efektif dibandingkan penanganan setelah masalah terjadi. Dalam konteks kenakalan remaja, pencegahan dapat dilakukan melalui sinergi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pertemuan ini menekankan pada peran ketiga elemen tersebut dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan remaja.
Melalui pembahasan ini, mahasiswa akan melihat pentingnya komunikasi keluarga, program pendidikan karakter di sekolah, serta peran masyarakat dalam memberikan ruang aman bagi remaja. Dengan pemahaman yang komprehensif, mahasiswa dapat mengembangkan gagasan preventif yang aplikatif di lapangan. Hal ini menjadi bekal penting untuk mencegah terjadinya kenakalan sejak dini.
Menurut Anda, siapa yang seharusnya paling bertanggung jawab dalam pencegahan kenakalan remaja?
-
Bagaimana strategi pendidikan karakter di sekolah bisa efektif mencegah kenakalan remaja?
-
Apa peran masyarakat dalam memberikan ruang positif bagi remaja?
-
Bagaimana cara membangun kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat secara berkesinambungan?
Pertemuan 7 (Strategi penanganan dan rehabilitasi kenakalan remaja)
Tidak semua kenakalan remaja bisa dicegah, sehingga diperlukan strategi penanganan yang tepat. Pertemuan ini membahas langkah-langkah penanganan baik dari aspek psikologis, sosial, maupun hukum. Mahasiswa akan diperkenalkan dengan berbagai model rehabilitasi yang berorientasi pada pemulihan perilaku remaja.
Fokus pembahasan adalah bagaimana mengembalikan remaja ke jalur positif melalui pendekatan pendidikan, konseling, dan bimbingan sosial. Strategi ini menuntut keterlibatan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, aparat hukum, dan masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa dapat memahami bahwa penanganan bukan hanya memberi sanksi, tetapi juga mendukung pemulihan.
Apakah pemberian hukuman fisik bisa menjadi solusi dalam menanggulangi kenakalan remaja?
-
Bagaimana strategi rehabilitasi dapat membantu remaja kembali ke masyarakat?
-
Apa kelebihan dan kekurangan sistem pembinaan remaja di Indonesia saat ini?
-
Bagaimana sebaiknya mengintegrasikan pendidikan, psikologi, dan hukum dalam penanganan remaja?
Pertemuan 8 (UTS)
Ujian Tengah Semester merupakan evaluasi penting untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah dibahas dari pertemuan 1 hingga 7. UTS ini mencakup aspek konseptual, analitis, serta kemampuan mengaitkan teori dengan kasus nyata kenakalan remaja. Dengan demikian, mahasiswa dapat merefleksikan sejauh mana penguasaan mereka terhadap materi awal.
Selain sebagai alat evaluasi, UTS juga menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk menilai kelemahan dalam proses belajar. Melalui refleksi hasil ujian, mahasiswa diharapkan termotivasi untuk memperbaiki diri menjelang materi lanjutan yang lebih aplikatif. Ujian ini juga menjadi jembatan menuju tahapan implementasi proyek pada pertemuan selanjutnya.
Pertemuan 9 (Implementasi proyek (lapangan/media/kampanye)
Tahap implementasi proyek merupakan inti dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Mahasiswa akan terjun langsung dalam merancang dan melaksanakan kegiatan nyata yang berkaitan dengan isu kenakalan remaja. Proyek ini dapat berupa observasi lapangan, kampanye media, atau program komunitas yang relevan.
Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengasah keterampilan praktis, kolaboratif, dan kepemimpinan. Implementasi proyek memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan nilai akademik dengan aksi sosial. Proses ini akan menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan remaja di masyarakat.
Pertemuan 10 (Implementasi proyek (lanjutan))
Tahap implementasi proyek merupakan inti dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Mahasiswa akan terjun langsung dalam merancang dan melaksanakan kegiatan nyata yang berkaitan dengan isu kenakalan remaja. Proyek ini dapat berupa observasi lapangan, kampanye media, atau program komunitas yang relevan.
Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengasah keterampilan praktis, kolaboratif, dan kepemimpinan. Implementasi proyek memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan nilai akademik dengan aksi sosial. Proses ini akan menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan remaja di masyarakat.
Pertemuan 11 (Implementasi proyek (lanjutan))
Tahap implementasi proyek merupakan inti dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Mahasiswa akan terjun langsung dalam merancang dan melaksanakan kegiatan nyata yang berkaitan dengan isu kenakalan remaja. Proyek ini dapat berupa observasi lapangan, kampanye media, atau program komunitas yang relevan.
Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengasah keterampilan praktis, kolaboratif, dan kepemimpinan. Implementasi proyek memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan nilai akademik dengan aksi sosial. Proses ini akan menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan remaja di masyarakat.
Pertemuan 12 (Implementasi proyek (lanjutan))
Tahap implementasi proyek merupakan inti dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Mahasiswa akan terjun langsung dalam merancang dan melaksanakan kegiatan nyata yang berkaitan dengan isu kenakalan remaja. Proyek ini dapat berupa observasi lapangan, kampanye media, atau program komunitas yang relevan.
Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengasah keterampilan praktis, kolaboratif, dan kepemimpinan. Implementasi proyek memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan nilai akademik dengan aksi sosial. Proses ini akan menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan remaja di masyarakat.
Pertemuan 13 (Implementasi proyek (lanjutan))
Tahap implementasi proyek merupakan inti dari pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Mahasiswa akan terjun langsung dalam merancang dan melaksanakan kegiatan nyata yang berkaitan dengan isu kenakalan remaja. Proyek ini dapat berupa observasi lapangan, kampanye media, atau program komunitas yang relevan.
Melalui aktivitas ini, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mengasah keterampilan praktis, kolaboratif, dan kepemimpinan. Implementasi proyek memberi ruang bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan nilai akademik dengan aksi sosial. Proses ini akan menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan kepedulian terhadap permasalahan remaja di masyarakat.
- ད་རིས་ཀྱི་བདུན་ཕྲག
Pertemuan 14 (Evaluasi dan laporan proyek)
Setelah pelaksanaan proyek, langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh. Pertemuan ini membahas analisis terhadap kelebihan, kelemahan, dan tantangan yang ditemui dalam pelaksanaan proyek. Evaluasi ini membantu mahasiswa memahami proses pembelajaran yang telah dilalui dan menyusun rekomendasi perbaikan.
Selain evaluasi, mahasiswa juga diwajibkan menyusun laporan proyek secara sistematis. Laporan ini menjadi bukti akademik sekaligus dokumentasi yang dapat digunakan untuk keperluan lebih lanjut. Dengan penyusunan laporan, mahasiswa belajar menuliskan pengalaman lapangan ke dalam kerangka ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pertemuan 15 (Presentasi produk proyek)
Pada tahap ini, mahasiswa menampilkan hasil proyek yang telah dikerjakan di depan dosen dan teman sebaya. Presentasi produk menjadi ajang untuk menunjukkan kreativitas, inovasi, serta kemampuan komunikasi akademik mahasiswa. Melalui forum ini, mahasiswa belajar mengemas ide dan pengalaman menjadi sesuatu yang inspiratif dan aplikatif.
Selain itu, presentasi juga berfungsi sebagai ruang diskusi dan umpan balik. Mahasiswa dapat saling memberikan masukan, kritik membangun, dan apresiasi atas karya yang ditampilkan. Dengan demikian, pertemuan ini melatih keterampilan berbicara, berargumentasi, dan menerima kritik dengan sikap terbuka.
Pertemuan 16 (UAS)
Ujian Akhir Semester adalah evaluasi menyeluruh terhadap seluruh materi, proyek, dan pengalaman belajar sepanjang semester. UAS bertujuan mengukur kemampuan mahasiswa dalam memahami teori, menganalisis kasus, serta merefleksikan pengalaman praktik. Penilaian ini tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan, tetapi juga pada keterampilan berpikir kritis.
UAS juga menjadi penutup dari seluruh rangkaian pembelajaran, sekaligus momentum untuk melihat perkembangan mahasiswa secara individu maupun kelompok. Melalui ujian akhir ini, mahasiswa dapat menunjukkan kompetensi mereka dalam mengintegrasikan teori dengan praktik nyata. Evaluasi akhir ini diharapkan meneguhkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya peran akademisi dalam merespons masalah kenakalan remaja.