ILMU REPRODUKSI TERNAK KELAS PTK A

Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan seluruh tubuh itu. Kegiatan pesta pesanan, sel-sel kelamin, diikuti pelepasan gamet, perkawinan untuk mempertemukan ovum dengan spermatozoa, fertilisasi, kebuntingan, dan diakhiri dengan kelahiran anak sebagai penerus generasi tetuanya.

Pengangkutan telur sewaktu-waktu setelah ovulasi masuk ke dalam tuba fallopii karena dua hal yaitu sesuatu yang bersifat anatomik dan endokrinologik. Perjalanan selanjutnya di dalam tuba fallopii yang dibantu oleh adanya kontraksi tuba fallopii, pergerakan dinding tuba fallopii dan adanya cairan yang disekresikan oleh tuba fallopii. Waktu pengangkutan di dalam tuba fallopii yang normal dapat terlihat nyata oleh keseimbangan hormon-hormon ovarium.

Tempat deposisi spermatozoa (sel kelamin jantan) dalam saluran kelamin betina pada waktu kopulasi yang berbeda-beda menurut jenis hewan mulai dari bagian kranial vagina pada sapi, domba, dan kambing sampai bagian uterus pada kuda dan babi. Pengangkutan spermatozoa dari vagina serviks dan uterus ke dalam tuba fallopii berlangsung sangat cepat dan dapat digunakan oleh hormon oksitosin serta pengaruh dari pergerakan atau motilitas sperma itu sendiri.

Seluruh proses reproduksi seksual berpusat pada kejadian fertilisasi atau pembuahan.  Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan dua sel, gamet jantan dan dan betina untuk membentuk satu sel yaitu zygote.  Tempat fertilisasi pada hampir semua ternak adalah pada bagian bawah ampula tuba fallopii.  Fertilisasi terdiri dari serangkaian tahapan yang dimulai dengan penembusan lapisan sel telur oleh spermatozoa diikuti oleh masuknya spermatozoa ke dalam sitoplasma sampai terbentuk pronukleus dan terbentuk zygote.

Pada awal periode hidup bebasnya, ovum merupakan sel tunggal dengan volume yang relatif besar dibandingkan dengan sel-sel tubuh lainnya.  Proses pembelahan sel tanpa pertumbuhan disebut cleavage.  Proses tersebut berlangsung terus sampai implantasi.  Implantasi adalah proses bersarangnya zygote atau  blastocyst di dalam uterus atau suatu proses timbal balik yang memungkinkan uterus (induk) dan blastocyst berinteraksi satu sama lain.

Sesudah proses fertilisasi, dimulailah masa kebuntingan yang diakhiri dengan kelahiran.  Lama kebuntingan ditentukan secara genetik dan variasi lama kebuntingan dipengaruhi oleh faktor-faktor maternal, foetal, dan lingkungan.  Sewaktu kebuntingan berlangsung, uterus mengalami pembesaran gradual untuk memungkinkan ekspansi fetus.  Selama kebuntingan terjadi perubahan-perubahan menyolok dalam bentuk uterus, lokasi uterus dan kecepatan pertumbuhan jaringan-jaringan uterus.  Perkembangan prenatal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu hereditas, ukuran dan umur induk, paritus, nutrisi, lama kebuntingan, litter size, ukuran plasenta, dan suhu.

Selama periode kebuntingan, fetus dapat mengalami gangguan sehingga terjadi kematian fetus di dalam uterus, abortus atau kelahiran fetus dalam keadaan mati.  Gangguan kebuntingan terdiri dari kelainan plasenta, kelainan letak fetus, kelainan letak uterus yang mengandung, dan kelainan sumbu memanjang uterus yang mengandung.

Penentuan ternak bunting atau tidak bunting pada umur kebuntingan muda mempunyai arti ekonomis yang sangat besar bagi peternak.  Pada sapi, cara yang biasa dilakukan dalam memeriksa kebuntingan adalah perabaan alat reproduksi melewati dinding rektum.  Keberhasilan cara ini tergantung pada keterampilan dan pengalaman pemeriksa.

Kelahiran atau partus adalah serentetan proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan plasenta dari induk pada akhir masa kebuntingan.  Proses kelahiran normal dapat dibagi menjadi tiga stadia yaitu (a) persiapan;  (b) ekspulsi atau pendorongan fetus ke luar;  dan (c) ekspulsi plasenta. Pada kelahiran normal, fetus berada pada presentasi anterior (kaki-kaki depan fetus muncul lebih dahulu dengan hidung diantaranya);  kepala melurus dan punggung fetus berhubungan dengan sakrum induk.  Kesulitan kelahiran (distokia) dapat terjadi karena kelainan pada induk atau fetus.

Puerperium adalah periode antara waktu ekspulsi plasenta sampai induk pulih ke keadaan bunting normal. Perubahan-perubahan terpenting dalam periode ini adalah regenerasi endometrium, involusi uterus, dan pulihnya siklus birahi. Setelah proses partus, berhasil tidaknya kebuntingan berikutnya tergantung pada pulihnya siklus birahi dan regenerasi endometrium sampai serasi untuk bunting kembali.

            Tatalaksana reproduksi yang baik dan benar pada ternak merupakan hal penting  untuk menunjang efisiensi reproduksi dan produktivitas ternak yang tinggi.  Keterampilan peternak dalam melakukan deteksi birahi dan keterampilan inseminator dalam melaksanakan inseminasi buatan (IB) merupakan awal pengelolaan reproduksi yang baik. Reproduksi sangat penting untuk peremajaan  dan keberlangsungan suatu usaha peternakan.  Usaha mempertinggi daya guna sapi selama hidupnya perlu diperhatikan waktu membesarkan sapi dara agar pubertas dapat dicapai dengan baik.  Perkawinan sapi dara harus dilakukan pada saat tubuh sapi telah cukup besar untuk menerima fetus.  Perkawinan setelah beranak menentukan panjangnya selang beranak sehingga diperlukan manajemen yang baik agar ternak lebih produktif pada masa hidupnya.

  • Teacher: Sri Suharyati
  • Enrolled students: No students enrolled in this course yet